Maaf bicaraku abstrak. Seperti kata Soekarno di muka sidang umum PBB: "Saya telah memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdoa agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang mendengarnya." Saya mungkin tahu, bagaimana menyusun kata dengan runut dan memanipulasi orang yang mendengarkannya untuk menuruti keinginan saya. Tapi kemarin sepertinya lidah saya telah menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya saat itu: abstrak, ragu. Dan seperti itulah biasanya seorang anak yang masih kecil mencari jawaban atas keingintahuan sekaligus keraguannya tersebut. Saya cuma bisa berharap menemukan jawabannya di masa pantang dan puasa ini. Kalau mereka bilang: Ragu-ragu kembali sekarang juga! Saya justru tak mau kembali dan terus mencari jawaban atas keraguan saya.
Ruang-ruang belajar mendalang. Kata-kata jadi Wayangnya, Pikiran jadi Ceritanya, Sang Bayang jadi Dalangnya.