Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Venus dan Luna

Mereka bicara tanpa kata. Saling menanti prosa yang tak kunjung selesai diucapkan bahkan sedari kata pertama. Saling menunggu bahasa yang satu dan yang lain. Pembicaraan mereka diam dalam gelap. Satu bulat perak, yang lain terang semarak. Keduanya berbeda di tengah ribuan bintang yang bilang cahayanya paling berkilau. Tenar walau tak pancarkan sinar. Hanya menerima, dan memberinya kembali. Mereka diingat walau bukan bintang yang cahayanya pekat. Mereka cuma dua buah bola--tak jauh bentuk dengan gundu.  Hanya beberapa angka nol yang membedakan ukuran mereka dengan mata kucing. Keduanya mungkin saling tahu, walau tak pernah beradu. Keduanya mungkin saling rindu, walau tak pernah tahu kata bertemu. Yang satu mengorbit sendiri, yang lain berputar beda sendiri, Yang satu menggilai Bumi, yang lain mengagumi Matahari. Yang satu tak suka dikuntit ogah dikawal satelit, yang lain juga.

Mata Besar

Kalau dipikir-pikir kembali Dia bukan yang paling terang. Bukan juga paling besar. Dia cuma satu diantara ribuan kalau bukan jutaan yang sama dengan dirinya. Tapi kenapa hadirnya dipuja jutaan makhluk Bumi? Kenapa ribuan cerita tentangnya mengantar lelap tidur anak manusia di pelukan ibunya? Walau sering dikutuki kalau kepanasan,  dicaci maki saat kering kerongkongan Cerahnya dinanti dikala gelap harus usai  atau di saat musim dingin harus berganti. Dia selalu ada biar hari jadi gelap. Kalau ada rasa dia menghilang, dia tak kemana, hanya Bumi yang berpaling darinya Baginya tak perlu jadi yang paling terang. Tak perlu jadi yang paling besar. Cukup selalu ada dan dekat dengan Bumi. Nak, kalau kau mau, jadilah Matahari. Jadi berarti walau tak selalu dinanti. Hanya memberi, tak harap kembali.