Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Kasih

Uda penjual lontong sayur yang "kasih" makan pagi ini di pinggir jalan Dago, Kawan yang kasih waktunya buat bebersih sekre hari ini, Ibu yang kasih perhatian lewat sms tadi pagi, Bapak yang kasih tenaganya buat bersih2 perpus jurusan pagi ini, Ibu yang kasih senyum di Jalan Cisitu Baru pagi ini, Babe jual koran yang kasih sapa pagi ini, Ibu kost yang kasih sedia kasur untuk ditiduri malam tadi, Terima-Kasih. Maaf sering tak tau terima kasih, merasa sudah terlalu banyak memberi, terlalu banyak mengorbankan diri, merasa sudah terlalu banyak kontribusi, Aku tak pernah bisa memberi lebih dari apa yang sudah kuterima, tapi ini yang jadi janji, pakailah aku untuk memberi kembali, lewat tugas-tugasku hari ini.

Tukang Duplikat Kunci

Untuk kesekiankalinya selama berkuliah di Bandung, saya kehilangan kunci kost. Untuk kesekian kalinya pula, saya berjalan kaki menuju Jalan Tubagus Ismail, berharap menemui tukang duplikat kunci yang biasanya menjajakan dirinya di samping barisan ibu-ibu penjual sayur. Bapak itu menggunakan jaket dengan tudung terpasang berwarna merah. “Pak, duplikat kunci” Dia berdiri. Wajahnya terlihat lebih antusias daripada saat dia duduk tadi, walau tanpa senyum. Saya serahkan kunci serep yang saya pinjam dari ibu kost. Dia mengambilnya dan mulai menyalakan mesin ajaibnya. Mesin itu memang bukan untuk pertamakalinya saya lihat, namun saya masih menikmati cara kerjanya. Benda itu bekerja seperti mesin pemotong ubin atau gergaji mesin, memahat lekukan-lekukan pada kunci duplikat. Kunci yang mau ditiru dan kunci yang “dipahat” sama-sama dijepit di sebuah jepitan statik.  Gerakan dua kunci tadi selalu sama, meski letaknya selalu berbeda sekitar lima belas senti satu sama lai