Mereka bicara tanpa kata. Saling menanti prosa yang tak kunjung selesai diucapkan bahkan sedari kata pertama. Saling menunggu bahasa yang satu dan yang lain. Pembicaraan mereka diam dalam gelap. Satu bulat perak, yang lain terang semarak. Keduanya berbeda di tengah ribuan bintang yang bilang cahayanya paling berkilau. Tenar walau tak pancarkan sinar. Hanya menerima, dan memberinya kembali. Mereka diingat walau bukan bintang yang cahayanya pekat. Mereka cuma dua buah bola--tak jauh bentuk dengan gundu. Hanya beberapa angka nol yang membedakan ukuran mereka dengan mata kucing. Keduanya mungkin saling tahu, walau tak pernah beradu. Keduanya mungkin saling rindu, walau tak pernah tahu kata bertemu. Yang satu mengorbit sendiri, yang lain berputar beda sendiri, Yang satu menggilai Bumi, yang lain mengagumi Matahari. Yang satu tak suka dikuntit ogah dikawal satelit, yang lain juga.
Ruang-ruang belajar mendalang. Kata-kata jadi Wayangnya, Pikiran jadi Ceritanya, Sang Bayang jadi Dalangnya.