Duduk di salah satu sudut kasurku dan mengetik di atas meja lipat. Beberapa menit yang lalu, setelah mengikuti misa jarak jauh yang dipersembahkan Bapa Uskup Bandung, aku keluar dari kamar kosku untuk mencari sarapan. Setelah berjalan kaki di sekeliling kost, tidak kutemui makanan tersedia di tempat biasanya aku makan disana. Kembali ke kost, kurapikan dan kupacu sepeda motor menuju “warung tenda biru”. Sejujurnya aku tidak pernah tahu apakah warung ini namanya memang benar “tenda biru”, seniorku yang memperkenalkanku pada tempat ini yang menyebutnya begitu. Dahulu seusai latihan rutin mingguan, seniorku sering mampir makan di tempat ini. Alasannya? Porsinya banyak. Akhir-akhir ini aku biasanya meminta nasi setengah porsi karena merasa tidak mempu menghabiskan satu porsi. Warung ini seperti bedeng proyek darurat. Dindingnya tripleks dan salah satu sisinya berdinding beton pilar penyangga Jembatan Pasupati. Selain tripleks dan beton, bagian depan warung ini d...
Ruang-ruang belajar mendalang. Kata-kata jadi Wayangnya, Pikiran jadi Ceritanya, Sang Bayang jadi Dalangnya.