Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Investasi

Melambung pikiran akan masa depan yang tak pasti ataupun masa kini di luar jangkauan tindak,  habis waktu kesal mengomentari kebijak(sana)an yang mungkin tidak pernah ada,  merasa tak kemana-mana saat yang lain melanglangbuana,  terantuk pada akhir minggu malam pada hari ini,  pada tempat ini,  pada tugas yang terasa begitu kecil dan tak berarti  ...  tapi cuma aku yang  disini dan saat ini bisa mengerjakannya! bukan orang besar terhormat di atas sana,  orang muda pintar penuh prestasi yang itu,  ataupun orang tajir melintir di ujung lainnya.    "Tugasku, kehormatanku!" oceh serangkai kata terpajang pada sebuah tempat pernah bersarang.    Berikan yang mampu diberikan  meski itu bukan sebuah barang mewah ataupun sesuatu yang membuat orang berdecak kagum.  Kembangkan apa yang sudah diterima dan persembahkan persembahan yang tak berharga ini.  Hidup kadang b ukan soal besar atau kecil yang diterima. Berapa...

Tridasawarsa

  Dekade Ketiga yang jadi asah saat bicara susah, tak lelah mengimbangi, saat yang lain membuang pandang dengan tatapan bosan, yang tak jadi temeh saat bicara remeh, saat lain mengernyit dahi yang pertama bilang "selamat pagi" dan yang terakhir bilang "selamat bobo" yang melihat panorama dari kekerdilan dan kerumitan--ku yang buatku bisa bergerak dari waktu yang seakan terhenti di masa manis dan sakit yang lalu, melihat dunia yang ternyata belum berbatas yang telah dan akan terus kuhormati, Kinasih. yang ini untukmu, selamatlah, kelilingi Sang Matahari, yang ketiga puluh kali! ';:,;;,' ,;.. ..,, d;. . ....; ...

Laki-laki yang Mulai Merasa Pantas Dipanggil "Om"

Seorang pria beranjak bangun dari kasurnya. Punggungnya tak mau lama-lama lekat dengan tempatnya bermimpi atau hanya terlelap. Selangkah kemudian, dilihatnya seseorang laki-laki. Janggutnya agak semarak, matanya masih kecil terpejam dan mengerjap, berkeriapan di antara bulu mata hitamnya. Bibirnya yang tebal dan kering mulai diusili rambut-rambut hitam di bawah hidungnya, kumisnya sudah lama tidak bersua dengan pisau cukur. Di atas kumisnya yang tipis tapi mulai mengusili bibirnya itu, dua lubang hidungnya yang tampak penuh juga dengan rambut-rambut hidung. Beberapa di antara rambut itu menjuntai, perak keputihan, tak diurusnya. Pipinya tidak tirus, tapi juga tidak mengembung.     “ Tiga dekade sudah, dan kau masih bernafas. Apa saja yang sudah kau lakukan? Untuk siapa?”   Pertanyaan terakhir dulu diteriakinya. Sekarang jarang digubrisnya. Sudah lewat masanya, katanya. Ajal dulu dinantikannya, mau jadi legenda pikirnya. Sekarang ia sudah jadi insan ya...