Sekarang aku agaknya mengerti. Memang dunia butuh tumbal. Sebuah
prototipe kehidupan “baru” yang penuh kehidupan, kehidupan yang penuh.
Anak singa dididik singa, anak
manusia dididik manusia.
Bukan gagasan atau teori-teori
apalagi imajinasi.
Namun, kehidupan nyata yang penuh seluruh.
Kehidupan yang benar-benar kehidupan.
Mencecap matahari sejati yang bukan
hanya gambarnya, di antara pribadi yang lupa dirinya sebenarnya.
Lupa betapa
dirinya begitu berharga dan begitu dicintai.
Kamu harus tahu dan berbahasa seperti
mereka, makan seperti mereka, hidup seperti mereka—meski kamu bukan mereka—untuk
mendidik mereka.
Seperti halnya mengajak seseorang
untuk berenang pertama kali.
Resiko perlawanan menanti.
Padahal hanya kembali
ke air, tempat ia pernah berkubang di dalamya, sembilan bulan lamanya (atau
kurang).
Mereka akan melawan. Kamu akan
mungkin akan ditolak, dicibir, dicaci, dihujat, disesah, diseret, dibunuh.
Mereka tidak salah.
Tidak, benar-benar tidak salah.
Mereka hanya tidak tahu apa yang
harus mereka perbuat
dan takut.
Sekarang aku agaknya mengerti. Memang dunia butuh tumbal. Sebuah
prototipe kehidupan “baru” yang penuh kehidupan, kehidupan yang penuh.
Siapakah sedia jadi tumbalnya?
Siapakah mengambil resikonya, untuk yang dikasihinya?
Komentar
Posting Komentar