Langsung ke konten utama

Resensi ++: Problem Solving 101 (bagaimana menjadi pemecah masalah)


Pagi ini saya sekedar ingin mengisi waktu kosong sebelum kuliah, bereksperimen dengan tulisan resensi (mungkin banyak yang sudah membuat resensi buku ini, namun buat saya: peduli setan lah)

Dalam kehidupan berkuliah dan berorganisasi, sering saya temui masalah-masalah yang kelihatannya rumit, tidak bisa diselesaikan, dan banyak orang yang akhirnya hanya menghabiskan waktu hanya untuk khawatir dan mengeluhkan masalah tersebut. Nah, saat saya menemukan situasi seperti itu, saya teringat kepada satu buku yang sederhana tapi berguna.

Buku Problem Solving 101 ini saya beli dengan harga +- 50 ribuan (kalo tidak salah, harganya 45 ribu). Awalnya saya rasa itu adalah harga yang terlalu mahal untuk buku yang setipis itu (hanya 115 lembar, ukurannya pun tidak jauh jauh dari selembar kertas A5), namun segalanya berubah setelah saya membuka halaman pertamanya.

Dari beberapa lembar halaman awal, saya mengetahui bahwa Ken Watanabe menulis buku ini pada mulanya ditujukan untuk membantu kanak-kanak di Jepang berpikir secara kreatif untuk memecahkan masalah. Hal ini juga berkaitan dengan program pemerintah Jepang yang mulai mengganti sistem pendidikan yang awalnya berfokus pada hapalan menjadi berbasis pemecahan masalah.

Buku ini saya habiskan dalam waktu 3 hari (1 jam per harinya). Judul buku ini rasanya sesuai dengan isinya: Problem Solving 101: Buku Simpel Untuk Orang-orang Cerdas. Dalam tiap babnya, alih-alih memberikan banyak teori tentang pemecahan masalah, Ken Watanabe mengisinya dengan cerpen-cerpen ringan bergambar dengan tokoh-tokoh yang menggelikan macam jamur mania, john gurita, dan kiwi pesepakbola.

Bagi saya, buku ini berhasil memberikan pemahaman praktis yang mudah dipahami tentang penggunaan metode ilmiah untuk memecahkan masalah (baik yang sederhana dan praktis, sampai yang rumit dan teoritis). Tanpa disadari, pembaca akan diajak untuk melihat bahwa banyak sekali masalah yang bisa dipecahkan hanya dengan alur: mendefinisikan masalah (membuat hipotesis penyebab masalah, menguji hipotesis tersebut, mengambil kesimpulan: sebenarnya apa masalahnya?)-->membuat alternatif pemecahan masalah-->memilih alternatif pemecahan masalah yang akan dipakai-->melaksanakannya-->evaluasi (apakah masalah sudah didefinisikan dengan benar? adakah alternatif pemecahan masalah yang lebih tepat?)-->dan ulangi proses sederhana ini sampai masalahnya berhasil dipecahkan.

Singkat cerita, buku ini merupakan buku yang menyenangkan buat saya. Isinya singkat, bahasanya sederhana, dan berguna.

NB: saya sarankan, pembaca juga membaca buku Seni Berpikir Kreatif gaweannya Robert W. Olson untuk membuat lebih banyak alternatif pemechan masalah.

Komentar

  1. saya jg lagi nyari buku ini cmn kanya udah nda terbit lagi, klo bukunya udah bosen boleh jual ke saya :)

    BalasHapus
  2. Wah, sayang baru mampir, bukunya baru saya kasih ke teman saya tahun lalu nih, hehe.

    BalasHapus
  3. Buku ini bisa dibeli dimana ya?
    Saya cari di gramedia kosong, di toko buku online juga tidak ada :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm, yang saya beli itu juga sepertinya yang terakhir. Mungkin bisa di cek di toko buku bekas terdekat, di grup2 maya kolektor buku, atau....tanya teman lain :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tukang Ganti Baterai Jam Tangan

Untuk pertama kalinya saya mengganti baterai jam tangan saya. Satu bulan terakhir ini, jam tangan digital saya memang sudah mulai meredup tampilan penunjuk waktunya. “di ABC atau Simpang juga ada kok, Yud”, kata seorang kawan di sebuah obrolan kecil dua sore yang lalu ketika saya bertanya dimana tempat saya dapat mengganti baterai jam tangan saya . Hari Jumat, saya beranjak menuju Simpang Dago, membawa jam tangan hitam saya . Sambil mengamati deretan toko yang ada di sebelah kiri saya, saya mencoba menerka-nerka seperti apa toko yang menyediakan jasa ganti baterai jam tangan. Langkah saya terhenti di depan s ebuah etalase dengan lemari kaca berisi puluhan jam tangan . “Pak, disini bisa ganti baterai jam tangan?”, kata saya sambil melepas jam tangan saya dan menunjukkannya pada seorang bapak berumur empat puluh tahunan penjaga toko . Bapak itu melihat sekilas jam tangan saya lalu dengan tangan kirinya menunjuk seorang bapak lain di depan etalasenya. “dis...

Hadiah untuk yang hari ini merasa (meng)ulang—hari ini satu—tahun—yang lalu

Saya tidak tahu kenapa, pokoknya saya hanya ingin menulis. Korupsi waktu sejenak di tengah permainan tugas-tugasan. Dini hari ini, di Pengadilan Tenggelam, satu tahun sudah berlalu. 365 hari. (eh, salah. 366 hari.) 1 tahun lalu, duduk sendiri di teras itu, menulis sebuah surat dan melakukan hal-hal yang tak terbayang untuk melakukannya. Hari ini coba kembali untuk merenung. Menilik kembali yang silam. Semua jelas berubah. Tidak ada yang berubah adalah hal yang mustahil. Lalu kenapa kita masih berjargon “ciptakanlah perubahan!” kalau tanpa diciptakan pun, perubahan terus ada? ? Apa saja yang mata ini lihat hari ini setahun yang lalu? Apa saja yang telinga ini dengar hari ini setahun yang lalu? Apa saja yang hidung ini cium hari ini setahun yang lalu? Apa saja yang lidah ini kecap hari ini setahun yang lalu? Apa saja yang pikiran ini pikirkan hari ini setahun yang lalu? Apa saja yang tangan ini tulis hari ini setahun yang lalu?   Apa saja yang bibir ini ucap hari ...