Minggu kedua bulan dua belas
saat udara beku jadi selimut.
Pancar surya menerobos bilik rehat
menjamah benak yang mulai membeku
menghangatkan karsa
menata kata.
Di tengah hari tak banyak kebisingan,
ketika berhenti merekam dan mengolah berkas-berkas rasa
datang dan pergi, tujuh purnama terbit di atas punggung seekor harimau Asia
Seperti bermimpi saat membuka mata
ini drama dan realita
apa yang di hadapanku
layaknya merengkuh kabut
ada,
terasa dekat,
terlihat,
namun tak tergenggam
atau sebuah kerlip kota dari kejauhan
terlihat indah
tapi tidak jelas
dan justru itu maka terlihat indah.
Seperti mengumpulkan serpihan es yang menyelimuti dedaunan kering musim gugur setelah hujan pada musim dingin:
menarik,
rumit,
dan dingin.
Akankah komunitas imajiner ini hanya jadi imajinasi
dengan banyak sensasi dan publikasi tanpa esensi?
lain di mulut, lain di aksi?
Akankah anak rahim Ibu Pertiwi selamanya mau mendekadensi diri?
Lemah hati, lemah akal, lemah teknologi.
Beragama tapi tak menjadi berbudi.
Berpengetahuan tapi tak menjadi mengerti.
Berpengalaman tapi tak menjadi bijak.
Menjabat tapi tak menjadi terhormat.
Memimpin tapi tak punya determinasi.
Mendengar tapi tak menjadi memahami.
saat udara beku jadi selimut.
Pancar surya menerobos bilik rehat
menjamah benak yang mulai membeku
menghangatkan karsa
menata kata.
Di tengah hari tak banyak kebisingan,
ketika berhenti merekam dan mengolah berkas-berkas rasa
datang dan pergi, tujuh purnama terbit di atas punggung seekor harimau Asia
Seperti bermimpi saat membuka mata
ini drama dan realita
apa yang di hadapanku
layaknya merengkuh kabut
ada,
terasa dekat,
terlihat,
namun tak tergenggam
atau sebuah kerlip kota dari kejauhan
terlihat indah
tapi tidak jelas
dan justru itu maka terlihat indah.
Seperti mengumpulkan serpihan es yang menyelimuti dedaunan kering musim gugur setelah hujan pada musim dingin:
menarik,
rumit,
dan dingin.
Akankah komunitas imajiner ini hanya jadi imajinasi
dengan banyak sensasi dan publikasi tanpa esensi?
lain di mulut, lain di aksi?
Akankah anak rahim Ibu Pertiwi selamanya mau mendekadensi diri?
Lemah hati, lemah akal, lemah teknologi.
Beragama tapi tak menjadi berbudi.
Berpengetahuan tapi tak menjadi mengerti.
Berpengalaman tapi tak menjadi bijak.
Menjabat tapi tak menjadi terhormat.
Memimpin tapi tak punya determinasi.
Mendengar tapi tak menjadi memahami.
Komentar
Posting Komentar