Langsung ke konten utama

Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening

Maaf tak saya olah lagi lebih jauh. Dalam keheningan, semoga pesannya bisa ditemukan sendiri dalam kesejatiannya:


"Memang memanfaatkan internet dibutuhkan keheningan. Keheningan adalah suatu elemen yang tak terpisahkan di dalam komunikasi. Tanpa keheningan, kata-kata yang kaya akan pesan tak dapat lahir. Dalam diam dan keheningan, kita dapat mendengarkan dengan lebih baik dan lebih mampu memahami diri sendiri; gagasan-gagasan dapat lahir dan mencapai kedalaman makna; kita menjadi mampu untuk mengerti dengan lebih baik apa yang sesungguhnya ingin kita sampaikan, apa yang kita harapkan dari orang lain, dan memilih bagaimana kita mengekspresikan diri kita. Dengan diam, kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara, untuk mengekspresikan dirinya; dan kita mencegah diri kita terpaku pada kata-kata dan gagasan-gagasan kita sendiri tanpa semua itu diberi kesempatan untuk diuji secara layak. Dengan bersikap diam dan mendengarkan, terciptalah ruang untuk mendengarkan satu sama lain dan memungkinkan relasi antarmanusia terjalin lebih mendalam. Maka, keheningan memberi jalan bagi komunikasi yang lebih aktif, yang bila disertai kepekaan dan kemampuan untuk mendengarkan, mampu mewujudkan kesejatian relasi-relasi yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Ketika pesan-pesan dan informasi membanjir, keheningan menjadi penting saat kita perlu membedakan mana yang benar-benar penting, di antara hal-hal yang tidak mempunyai arti mendalam atau hal-hal yang sifatnya sekunder saja. Permenungan dan refleksi yang lebih dalam membantu kita untuk menemukan kaitan di antara peristiwa-peristiwa yang sekilas tampaknya tidak berhubungan, untuk membuat evaluasi, untuk menganalisa pesan-pesan; hal ini memungkinkan kita memberikan pendapat-pendapat yang relevan dan bijaksana, untuk melahirkan sebuah struktur yang autentik tentang pengetahuan yang kita miliki bersama. Supaya semua itu dapat terjadi, adalah penting untuk mengembangkan suasana dan lingkungan yang sesuai, semacam "ekosistem" yang menjaga keseimbangan antara keheningan, kata-kata, gambar-gambar, dan berbagai suara."
-Komisi Kateketik KWI, Hidup di Era Digital

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi ++: Problem Solving 101 (bagaimana menjadi pemecah masalah)

Pagi ini saya sekedar ingin mengisi waktu kosong sebelum kuliah, bereksperimen dengan tulisan resensi (mungkin banyak yang sudah membuat resensi buku ini, namun buat saya: peduli setan lah) Dalam kehidupan berkuliah dan berorganisasi, sering saya temui masalah-masalah yang kelihatannya rumit, tidak bisa diselesaikan, dan banyak orang yang akhirnya hanya menghabiskan waktu hanya untuk khawatir dan mengeluhkan masalah tersebut. Nah, saat saya menemukan situasi seperti itu, saya teringat kepada satu buku yang sederhana tapi berguna. Buku Problem Solving 101 ini saya beli dengan harga +- 50 ribuan (kalo tidak salah, harganya 45 ribu). Awalnya saya rasa itu adalah harga yang terlalu mahal untuk buku yang setipis itu (hanya 115 lembar, ukurannya pun tidak jauh jauh dari selembar kertas A5), namun segalanya berubah setelah saya membuka halaman pertamanya. Dari beberapa lembar halaman awal, saya mengetahui bahwa Ken Watanabe menulis buku ini pada mulanya ditujukan untuk membantu kanak-kanak di...

Investasi

Melambung pikiran akan masa depan yang tak pasti ataupun masa kini di luar jangkauan tindak,  habis waktu kesal mengomentari kebijak(sana)an yang mungkin tidak pernah ada,  merasa tak kemana-mana saat yang lain melanglangbuana,  terantuk pada akhir minggu malam pada hari ini,  pada tempat ini,  pada tugas yang terasa begitu kecil dan tak berarti  ...  tapi cuma aku yang  disini dan saat ini bisa mengerjakannya! bukan orang besar terhormat di atas sana,  orang muda pintar penuh prestasi yang itu,  ataupun orang tajir melintir di ujung lainnya.    "Tugasku, kehormatanku!" oceh serangkai kata terpajang pada sebuah tempat pernah bersarang.    Berikan yang mampu diberikan  meski itu bukan sebuah barang mewah ataupun sesuatu yang membuat orang berdecak kagum.  Kembangkan apa yang sudah diterima dan persembahkan persembahan yang tak berharga ini.  Hidup kadang b ukan soal besar atau kecil yang diterima. Berapa...

Kompleksitas Ikhtisar Rasa di Akhir Dekade

Minggu kedua bulan dua belas saat udara beku jadi selimut. Pancar surya menerobos bilik rehat menjamah benak yang mulai membeku menghangatkan karsa menata kata. Di tengah hari tak banyak kebisingan, ketika berhenti merekam dan mengolah berkas-berkas rasa datang dan pergi, tujuh purnama terbit di atas punggung seekor harimau Asia Seperti bermimpi saat membuka mata ini drama dan realita apa yang di hadapanku layaknya merengkuh kabut ada, terasa dekat, terlihat, namun tak tergenggam atau sebuah kerlip kota dari kejauhan terlihat indah tapi tidak jelas dan justru itu maka terlihat indah. Seperti mengumpulkan serpihan es yang menyelimuti dedaunan kering musim gugur setelah hujan pada musim dingin: menarik, rumit, dan dingin. Akankah komunitas imajiner ini hanya jadi imajinasi dengan banyak sensasi dan publikasi tanpa esensi? lain di mulut, lain di aksi? Akankah anak rahim Ibu Pertiwi selamanya mau mendekadensi diri? Lemah hati, lemah akal, lemah teknologi....