Percik air dan ketukan perahu, imajiku terpantik
Walau bulan-bulan tumpulkan pahat semantik.
Tuliskan doa yang bercerita.
Dalam hening, berbicara
Dalam hati, berkata-kata.
Segar dalam ingatan
Waktu akal tak habis bahan:
setuju atau saling melawan
rayakan sesuatu atau sekedar sarapan
melimpah alasan
tuk saling mengesan.
Enam bulan berlalu.
Jarak lerai jemari yang hendak bertemu.
Paruh warsa beradu dan separuh lagi merindu.
Berpijak tanah berbeda, pandang langit yang satu.
Sayap karsa dan karya sedang dikepakkan
Mengangkasa, menuju angan yang sering berawan:
kebosanan atau tekanan
ketamakan atau ketidakbebasan.
Dalam gelap, tetap berjalan.
Buktikan Yang Mengundang Duluan,
hadir memberi harapan
tak sirna di hari tak nyaman.
Langit senja, nila, merah, jingga.
Entah esok kan kemana,
kita berencana, berusaha, dan bersama
Selamat dua puluh enam.
Terkabul yang diidam!
Di hatimu, semoga Ia bersemayam.
Pulau Derawan
saat langit jingga tak berawan
(Bait keempat, salah ingat. Harusnya sembilan bulan, bukan enam. Tidak saya ganti. Ia pasti mengerti, bahkan sebelum saya sadar kesalahan saya.)
Komentar
Posting Komentar