Langsung ke konten utama

Resensi ++: How to Create a Mind


The Brain--is wider than the Sky--
For--put them side by side--
The one the other will contain
With ease--and You--beside--
The Brain is deeper than the sea--
For--hold them--Blue to Blue--
The one the other will absorb--
As Sponges--Buckets--do--
The Brain is just the weight of God--
For--Heft them--Pound for Pound--
And they will differ--if they do--
As Syllable from Sound
--Emily Dickinson

"Kalau lu punya kekuatan super, lu mau punya kekuatan apa?"
"Baca dan mengendalikan pikiran"
--sebuah percakapan di kedai kopi saat saya masih mahasiswa calon sarjana

Otak dan pikiran merupakan dua dari beberapa hal yang sering membuat saya terpesona, meskipun tidak banyak buku yang sudah saya baca mengenai pikiran. Seingat saya, hanya tiga buku mengenai pikiran dan otak yang benar-benar saya baca sampai tuntas:
  1. Pertama mengenai cara berpikir kreatif dari sebuah buku lusuh di perpustakaan sekolah waktu SMA. Meski saya tidak terlalu suka dengan keramaian, saya bukan penyendiri macam laki-laki misterius dan pendiam gaya novel-novel remaja. Untuk bisa membaca buku sampai selesai di salah satu sudut yang sepi di sebuah sekolah dengan kadar testosteron yang tinggi mungkin membutuhkan buku yang benar-benar menarik minat.  
  2. Kedua mengenai psikologi analisis intelejen dari sebuah buku di rak Markas Komando Resimen Mahasiswa ITB. Buku yang kemudian saya ketahui sebagai salah satu bacaan wajib agen CIA terutama di bidang analisis untuk pertama-tama mengetahui kemudian memanfaatkan cara kerja otak untuk melakukan analisis di bidang apapun.
  3. Ketiga, How to Create a Mind. Buku terakhir ini yang mau saya ulas sedikit pada kesempatan kali ini.

Buku ini saya beli dengan harga Rp 60.000,00 (saya ingat karena harga bukunya masih tertempel di bukunya :p) pada acara pameran buku Big Bad Wolf di ICE, BSD tahun 2016. Buku setebal 336 halaman ini ditulis oleh Ray Kurzweil, seorang guru besar Institut Teknologi Massachusets (MIT) yang juga seorang wirausahawan dengan banyak paten di bidang kecerdasan buatan. Ray Kurzweil juga seorang anggota dari Akademi Teknologi Nasional Amerika yang dipercaya mengidentifikasi tantangan-tantangan teknologi abad ke-21. Kakek Ray Kurzweil ini mungkin merupakan orang yang asing bagi orang awam, namun tidak dengan penemuan-penemuannya. Beliau adalah orang yang berada di balik penemuan Optical Character Recognition (OCR) yang biasa digunakan banyak orang untuk menyalin huruf-huruf dari sebuah foto tulisan, teknologi pendeteksi suara yang laris digunakan di ponsel-ponsel cerdas, dan teknologi kecerdasan mesin lainnya. Berbicara lebih jauh mengenai Kakek Ray Kurzweil mungkin akan menghabiskan energi saya untuk menyelesaikan tulisan ini, jadi bagi yang mungkin ingin mengetahui lebih lanjut tentang beliau, bisa cari di sumber informasi lain :)

Ketika saya mengetikkan judul buku ini di mesin pencari situs daring, saya tidak menemukan resensi dengan bahasa Indonesia mengenai buku ini. Entah apakah buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang jelas saya memang membaca buku ini dalam versi bahasa Inggris. Butuh waktu hampir satu tahun bagi saya untuk akhirnya bisa menghabiskan buku ini, mungkin karena memang banyak terminologi baru dalam bahasa Inggris yang tidak saya temukan bahkan dalam kamus saku Oxford terbitan tahun 2011. Di satu sisi, mungkin awalnya memberatkan untuk membacanya, namun di sisi lain, banyak hal baru yang akhirnya saya pelajari bahkan hanya dari mencoba memahami apa yang ditulis dalam buku ini. Bagaimanapun, terlepas dari beberapa terminologi baru dalam bidang teknologi, sebenarnya secara umum buku ini menjelaskan dengan bahasa yang mengalir dan eksperimen pikiran yanng sederhana. Eksperimen pikiran? Ya, ini adalah salah satu hal yang saya pelajari dari buku ini dan ternyata merupakan modal dasar dari pemikir-pemikir besar yang mengubah dunia seperti Charles Darwin saat merumuskan teori evolusinya; Rosalind Franklin, James Watson, dan Francis Crick saat menggambarkan struktur DNA, sampai dengan Albert Einstein yang mengendarai cahaya untuk merumuskan teori relativitasnya. Nama-nama yang telah disebutkan mungkin membuat dahi mengernyit: apa hubungannya? Apa kaitannya buku ini dengan orang-orang dari berbagai bidang tadi?

Pikiran!

Seperti judul buku ini, pembaca akan diajak untuk bertamasya dalam dunia pikiran yang sangat luas namun juga dapat ditampung dengan otak yang hanya seberat sepertiga air minum mineral 1,5L dan digenggam dengan tangan. Kakek Ray memulai ceritanya dengan menggambarkan bagaimana menakjubkannya pikiran manusia, yang tanpanya, tidak ada dunia--jika dunia manusia didefinisikan sebagai segala hal yang mampu diolah oleh pikiran manusia. Setelah dibuat takjub, berbagai macam contoh eksperimen pikiran yang dilakukan pemikir-pemikir besar dipaparkan, dilanjutkan dengan melakukan eksperimen pikiran mengenai pikiran itu sendiri!

Pusing dengan hal yang mengawang? Pembaca kemudian diajak untuk masuk ke dalam dunia neurosains biologis untuk mencermati bagaimana bentuk material dari "pikiran": otak, sesuatu yang lebih dapat disentuh dan dilihat dibanding dengan konsep-konsep pikiran. Mengawali bab yang mempelajari otak dan cara bekerjanya, Ray terlebih dahulu mengenalkan konsep "pemodelan sistem", sebuah konsep untuk menentukan bagaimana memodelkan suatu sistem di tingkat yang tepat. Sebagai contoh, walaupun bidang ilmu kimia secara teoretis dapat dikatakan berdasarkan ilmu fisika dan dapat diprediksi menggunakan ilmu fisika, menggunakan ilmu fisika untuk melakukan prediksi reaksi kimia merupakan hal yang sangat tidak praktis. Untuk membuat prediksi hasil reaksi suatu unsur dengan unsur lain, dalam industri, secara praktis kita menggunakan pemodelan kimia, bukan menggunakan pemodelan fisika dengan memodelkan bagaimana mekanika partikel banyak atom yang dikelilingi partikel-partikel sub atom berinteraksi dengan banyak atom yang dikelilingi partikel-partikel sub atom (saya mengerti rumitnya, bahkan untuk mencerna anak kalimat terakhir).

Seperti konsep pemodelan tadi, Ray memodelkan cara otak bekerja di dalam suatu model yang praktis supaya kemudian kita dapat meniru cara berpikir menggunakan material yang berbeda dengan otak biologis. Mengapa menggunakan material yang berbeda? Ide dasarnya adalah...

membuat manusia supernatural, yang melampaui dirinya hari ini.

Semakin aneh? Saya pun merasa diguncang kesana-kemari saat membaca buku ini. Saya merasa mau meledak saking tertariknya saat mulai membaca di bab-bab pertengahan. 

Saya merasa tidak perlu menceritakan seluruh alur mengenai buku ini, karena Saudari Saudara dapat mencarinya sendiri di resensi lain atau bahkan sinopsis lain buku ini.

Dari saya, selain untuk masyarakat Whatsapp yang sibuk kampanye capres di grup WA dan FB; mahasiswa yang sedang gundah gulana karena patah hati, sarjana yang sedang menganggur; dan orang Indonesia yang sedang gandrung dengan kata-kata keren untuk terlihat pintar; ataupun yang sekedar mampir di laman ini; buku ini sangat sarankan untuk dibaca bagi Saudari Saudara yang ingin berpikir. Juga saya sarankan bagi Saudara Saudari yang ingin mengetahui banyak hal dan mungkin sudah mengetahui banyak hal namun kurang menemukan hubungan-hubungan antara banyak hal itu. Buku ini berbicara dengan berbagai perspektif secara luwes mulai dari filsafat, sejarah, matematika, informatika, psikologi, fisika, kimia, biologi, neurosains, bahkan cinta dan agama, dan apapun yang ada dalam pikiran manusia.
Mari menyelam di antara sesuatu yang deterministik sekaligus tidak dapat diprediksi, antara sesuatu yang natural sekaligus supranatural. Selamat kebingungan sekaligus tercerahkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tukang Ganti Baterai Jam Tangan

Untuk pertama kalinya saya mengganti baterai jam tangan saya. Satu bulan terakhir ini, jam tangan digital saya memang sudah mulai meredup tampilan penunjuk waktunya. “di ABC atau Simpang juga ada kok, Yud”, kata seorang kawan di sebuah obrolan kecil dua sore yang lalu ketika saya bertanya dimana tempat saya dapat mengganti baterai jam tangan saya . Hari Jumat, saya beranjak menuju Simpang Dago, membawa jam tangan hitam saya . Sambil mengamati deretan toko yang ada di sebelah kiri saya, saya mencoba menerka-nerka seperti apa toko yang menyediakan jasa ganti baterai jam tangan. Langkah saya terhenti di depan s ebuah etalase dengan lemari kaca berisi puluhan jam tangan . “Pak, disini bisa ganti baterai jam tangan?”, kata saya sambil melepas jam tangan saya dan menunjukkannya pada seorang bapak berumur empat puluh tahunan penjaga toko . Bapak itu melihat sekilas jam tangan saya lalu dengan tangan kirinya menunjuk seorang bapak lain di depan etalasenya. “dis

Investasi

Melambung pikiran akan masa depan yang tak pasti ataupun masa kini di luar jangkauan tindak,  habis waktu kesal mengomentari kebijak(sana)an yang mungkin tidak pernah ada,  merasa tak kemana-mana saat yang lain melanglangbuana,  terantuk pada akhir minggu malam pada hari ini,  pada tempat ini,  pada tugas yang terasa begitu kecil dan tak berarti  ...  tapi cuma aku yang  disini dan saat ini bisa mengerjakannya! bukan orang besar terhormat di atas sana,  orang muda pintar penuh prestasi yang itu,  ataupun orang tajir melintir di ujung lainnya.    "Tugasku, kehormatanku!" oceh serangkai kata terpajang pada sebuah tempat pernah bersarang.    Berikan yang mampu diberikan  meski itu bukan sebuah barang mewah ataupun sesuatu yang membuat orang berdecak kagum.  Kembangkan apa yang sudah diterima dan persembahkan persembahan yang tak berharga ini.  Hidup kadang b ukan soal besar atau kecil yang diterima. Berapa yang mampu diberikan kembali dari  yang telah diterima?

Resensi ++: Problem Solving 101 (bagaimana menjadi pemecah masalah)

Pagi ini saya sekedar ingin mengisi waktu kosong sebelum kuliah, bereksperimen dengan tulisan resensi (mungkin banyak yang sudah membuat resensi buku ini, namun buat saya: peduli setan lah) Dalam kehidupan berkuliah dan berorganisasi, sering saya temui masalah-masalah yang kelihatannya rumit, tidak bisa diselesaikan, dan banyak orang yang akhirnya hanya menghabiskan waktu hanya untuk khawatir dan mengeluhkan masalah tersebut. Nah, saat saya menemukan situasi seperti itu, saya teringat kepada satu buku yang sederhana tapi berguna. Buku Problem Solving 101 ini saya beli dengan harga +- 50 ribuan (kalo tidak salah, harganya 45 ribu). Awalnya saya rasa itu adalah harga yang terlalu mahal untuk buku yang setipis itu (hanya 115 lembar, ukurannya pun tidak jauh jauh dari selembar kertas A5), namun segalanya berubah setelah saya membuka halaman pertamanya. Dari beberapa lembar halaman awal, saya mengetahui bahwa Ken Watanabe menulis buku ini pada mulanya ditujukan untuk membantu kanak-kanak di