Langsung ke konten utama

Beberapa Rencana Tulisan dalam Waktu Dekat

Sejenak membuka laman blog saya untuk sekedar mencurahkan isi pikiran yang--mungkin dalam bahasanya Vicky Prasetyo--mulai berombak.

Jumlah hari yang telah berlalu sejak tulisan saya terakhir di awal bulan Oktober 2013 (atau di akhir bulan September 2013) sampai hari ini adalah sama dengan jumlah jari di tangan kanan saya ditambah satu. Enam hari bisa jadi merupakan waktu yang cukup lama ataupun terlalu singkat bagi saya. Seperti kata seorang sahabat saya yang kini sedang menjadi "tahanan rumah" di Medan*, saat menjelaskan "teori relativitas waktu".Saya lupa persisnya, tapi kira-kira begini yang saya tangkap tentang teorinya: waktu satu jam itu bisa sangat lama maupun sangat singkat tergantung subjek/individu yang merasakannya. Satu jam itu sangat singkat buat seorang pria yang dapat waktu bercakap-cakap dengan wanita pujaannya setelah lima tahun hanya bisa mengaguminya di balik layar, tapi satu jam itu juga adalah waktu yang sangat lama untuk pria yang sama ketika selama satu jam itu harus duduk di atas bara karena karena ketahuan selingkuh oleh pacarnya. Sama seperti waktu bagi pria tadi, enam hari di awal Oktober ini menjadi waktu yang relatif singkat bagi saya untuk membuat kemajuan dalam pengerjaan tugas akhir, tapi sekaligus juga relatif terlalu lama bagi saya untuk akhirnya bisa bertemu kembali dengan blog saya ini dan menuliskan banyak hal yang sudah menumpuk dalam pikiran.

Dalam enam hari terakhir, begitu banyak ide dan inspirasi tentang tulisan yang--dalam bayangan saya--bagus--atau setidaknya cukup layak dibaca oleh orang lain di lingkungan kampus. Mulai dari tugas membuat artikel mata kuliah Komposisi, pertemuan dengan kawan-kawan SSDK (Semester Sembilan masih Di Kampus), pertemuan dengan kawan-kawan dari forum MTiga, sampai terakhir (kemarin) menghadiri diskusi bertema "Budaya Maritim" yang diselenggarakan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB). Berikut ini beberapa tulisan yang ingin sesegera mungkin saya buat--kalau akhirnya punya waktu untuk menuliskan semuanya:
  1. "Meretas Akar Persoalan Kemajuan Penguasaan Teknologi Penerbangan Nasional: Budaya Keselamatan dan Kemandirian". Didorongkan keinginan luhur (memberi bekal dan berbagi pandangan kepada calon anggota dan anggota Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan ITB (KMPN ITB)--lebih riilnya sih untuk lulus dari mata kuliah Komposisi saja), tulisan ini saya rencanakan membahas pencarian akar persoalan penguasaan teknologi penerbangan Indonesia yang meliputi peningkatan kesadaran dan budaya keselamatan dalam penerbangan serta peningkatan kemandirian penguasaan teknologi penerbangan nasional. Tulisan ini juga merupakan kelanjutan tulisan saya pada HUT-RI ke-68 (http://yudkiutama-dalangbayang.blogspot.com/2013/08/hakteknas-dan-hut-ri-ke-68-sebuah.html). Tulisan ini (harus) selesai sebelum tanggal 10 Oktober 2013 (kalau tidak, berarti sebuah bulatan yang berarti "kosong" akan mengisi nilai UTS Komposisi saya).
  2. "Sarjana ITB: Pelopor Pembangunan, Persatuan, dan Kesatuan Bangsanya?". Tulisan ini berisi refleksi dari sebuah doa untuk ITB yang terpahat di Plaza Widya Nusantara (yang juga menjadi tujuan dibentuknya Forum InTel ITB): "Agar lulusannya bukan saja menjadi pelopor pembangunan, tetapi juga pelopor persatuan dan kesatuan bangsanya". Tulisan ini terutama akan saya tujukan kepada wisudawan ITB bulan Oktober 2013 (yang prosesi wisudanya akan dilangsungkan tanggal 19 Oktober 2013 (yang berarti tinggal kurang dari satu setengah minggu lagi)), Keluarga Mahasiswa ITB, dan Rektorat ITB.
  3. "Negara Tanpa Bangsa: Tantangan Mengubah Penduduk menjadi Bangsa Indonesia". Tulisan ini terinspirasi dari diskusi mingguan yang diselenggarakan kawan-kawan SSDK (yang tergabung dalam Forum InTel ITB), aktivitas di forum MTiga, dan kata-kata Daoed Joesoef (dalam diskusi yang diselenggarakan YSNB, Sabtu kemarin (5/10/13), Hotel Sultan, Jakarta) mengenai Indonesia. Pembahasan akan berkisar kesadaran bahwa yang kita butuhkan adalah bukan sekedar Penduduk (residents) namun Warga Negara (citizen). Tulisan ini akan membahas perbedaan dari penduduk dan warga negara, realita Indonesia, tantangan dan strategi pengubahan penduduk menjadi warga negara dari sudut pandang pribadi. Rencananya, tulisan ini akan selesai sebelum tanggal 28 Oktober 2013.
  4. "Membangun Indonesia 100%: Pembangunan Teknologi Penerbangan Indonesia dalam Perspektif Maritim". Berangkat dari kesadaran akan pola pembangunan Indonesia yang masih banyak berorientasi pada pemanfaaatan kurang dari 30% wilayahnya (baca: wilayah darat Indonesia, khususnya Pulau Jawa), tulisan ini akan sedikit membahas mengenai perspektif maritim dalam membangun Indonesia. Secara lebih rinci, tulisan ini akan mengambil sisi kebutuhan dan strategi penguasaan teknologi penerbangan dari perspektif maritim. Tulisan ini kemungkinan akan saya publikasikan pada hari penting Indonesia yang berhubungan dengan maritim (kemungkinan pada hari Nusantara, 13 Desember 2013).
Melihat hasil tulisan saya diatas, yang terbersit dalam pikiran saya:
"Ternyata banyak juga yang harus segera dikerjakan ya? haha (bahkan saya belum sempat mengutarakan bahwa saya juga "terinspirasi" menulis lebih banyak karena Pak Akil Mochtar yang kini sedang digandrungi koran-koran nasional dan Pak Obama yang sedang "beristirahat" dari kabinetnya)"

Yah, sekian dulu curhat saya. Terimakasih telah mendorong saya untuk menulis (karena dengan mempublikasikan tulisan yang saat ini Anda baca, saya terdorong untuk "mempertanggunjawabkan" kata-kata saya, hehe). Semoga lain kali saat Anda mampir lagi, setidaknya satu tulisan baru di atas sudah mengisi lembar digital ini.

NB: Terimakasih juga untuk Eleanor Rigby yang menemani saya menulis sore ini

*Koreksi, ternyata kawan saya ini ditahan di Sibolga, bukan di Medan, hehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tukang Ganti Baterai Jam Tangan

Untuk pertama kalinya saya mengganti baterai jam tangan saya. Satu bulan terakhir ini, jam tangan digital saya memang sudah mulai meredup tampilan penunjuk waktunya. “di ABC atau Simpang juga ada kok, Yud”, kata seorang kawan di sebuah obrolan kecil dua sore yang lalu ketika saya bertanya dimana tempat saya dapat mengganti baterai jam tangan saya . Hari Jumat, saya beranjak menuju Simpang Dago, membawa jam tangan hitam saya . Sambil mengamati deretan toko yang ada di sebelah kiri saya, saya mencoba menerka-nerka seperti apa toko yang menyediakan jasa ganti baterai jam tangan. Langkah saya terhenti di depan s ebuah etalase dengan lemari kaca berisi puluhan jam tangan . “Pak, disini bisa ganti baterai jam tangan?”, kata saya sambil melepas jam tangan saya dan menunjukkannya pada seorang bapak berumur empat puluh tahunan penjaga toko . Bapak itu melihat sekilas jam tangan saya lalu dengan tangan kirinya menunjuk seorang bapak lain di depan etalasenya. “dis

Investasi

Melambung pikiran akan masa depan yang tak pasti ataupun masa kini di luar jangkauan tindak,  habis waktu kesal mengomentari kebijak(sana)an yang mungkin tidak pernah ada,  merasa tak kemana-mana saat yang lain melanglangbuana,  terantuk pada akhir minggu malam pada hari ini,  pada tempat ini,  pada tugas yang terasa begitu kecil dan tak berarti  ...  tapi cuma aku yang  disini dan saat ini bisa mengerjakannya! bukan orang besar terhormat di atas sana,  orang muda pintar penuh prestasi yang itu,  ataupun orang tajir melintir di ujung lainnya.    "Tugasku, kehormatanku!" oceh serangkai kata terpajang pada sebuah tempat pernah bersarang.    Berikan yang mampu diberikan  meski itu bukan sebuah barang mewah ataupun sesuatu yang membuat orang berdecak kagum.  Kembangkan apa yang sudah diterima dan persembahkan persembahan yang tak berharga ini.  Hidup kadang b ukan soal besar atau kecil yang diterima. Berapa yang mampu diberikan kembali dari  yang telah diterima?

Resensi ++: Problem Solving 101 (bagaimana menjadi pemecah masalah)

Pagi ini saya sekedar ingin mengisi waktu kosong sebelum kuliah, bereksperimen dengan tulisan resensi (mungkin banyak yang sudah membuat resensi buku ini, namun buat saya: peduli setan lah) Dalam kehidupan berkuliah dan berorganisasi, sering saya temui masalah-masalah yang kelihatannya rumit, tidak bisa diselesaikan, dan banyak orang yang akhirnya hanya menghabiskan waktu hanya untuk khawatir dan mengeluhkan masalah tersebut. Nah, saat saya menemukan situasi seperti itu, saya teringat kepada satu buku yang sederhana tapi berguna. Buku Problem Solving 101 ini saya beli dengan harga +- 50 ribuan (kalo tidak salah, harganya 45 ribu). Awalnya saya rasa itu adalah harga yang terlalu mahal untuk buku yang setipis itu (hanya 115 lembar, ukurannya pun tidak jauh jauh dari selembar kertas A5), namun segalanya berubah setelah saya membuka halaman pertamanya. Dari beberapa lembar halaman awal, saya mengetahui bahwa Ken Watanabe menulis buku ini pada mulanya ditujukan untuk membantu kanak-kanak di