Malam ini mendengarkan lagu ini saat menyantap makan malam ditemani buku teks tentang kestabilan terbang dan kendali otomatis. Memang bukan untuk pertama kali, namun baru kali ini petikan ukulele dan nyanyian "si abang" saya balas dengan koin aluminum bergambar bunga melati. Di tengah dunia yang makin mudah mengekspresikan"nya" dengan kata-kata yang indah (dan jadinya terkesan murahan) dalam media sosial, dalam momen-momen interpersonal, momen nasional, atau dengan Yang Transedental, lirik lagu ini rasanya pas sekali mewakilkan "yang akan hilang maknanya apabila saya ucapkan di bibir atau tulisan saja". Kalau kau benar benar sayang padaku Kalau kau benar benar cinta Tak perlu kau katakan Semua itu cukup tingkah laku Sekarang apalah artinya cinta Kalau hanya di bibir saja Cinta itu bukanlah main mainan Tapi pengorbanan
Ruang-ruang belajar mendalang. Kata-kata jadi Wayangnya, Pikiran jadi Ceritanya, Sang Bayang jadi Dalangnya.