Terbang ke kedalaman. Curi-curi waktu dari pikiranku yang sok sibuk.
Pagi menuju siang, hari ini, sebuah kabar menyentil
pendalamanku:
Kalimat pendek itu disusul dengan tautan-tautan kilas
berita.
Jemari-jemari gemas yang lain turut meramaikan suasana. Tidak
kurang dari lima kelompok media maya sosial jadi gaduh dengan kabar ini.
………………….
Sekali lagi, di atas tanah dan air tempatku dilahirkan.
Kali ini tentang burung besi yang melesat lebih cepat
daripada gemuruhnya: supersonik—hal yang kutekuni beberapa ratus ribu detik
terakhir.
Supersonik!
Hal yang mampu menghabisi nyawa maupun membikin nyawa,
ceria, dan cerita yang dikenang berpuluh tahun justru dengan kesekejapannya.
Pikiranku melayang menembus awan-awan,
(dimana supersonik adalah salah satu kuncinya)
kepada orbit-orbit Bumi,
kepada bulan, kepada Mars,
kepada Tata Surya,
kepada bintang-bintang,
dan kepada jagat semesta,
dimana kekasihku belum hadir disana
untuk—bersama saudara-saudaranya—mewarnai dunia, semakin
memahami jati diri, dan membagikan kasihnya kepada manusia dan semesta—bukan
sibuk menghakimi keluarganya sendiri.
Aku harus semakin
hadir disini.
Inilah kenapa aku harus ada dan membuatku masih bertahan
disini hari ini,
bernyanyi dengan menyelami angka dan gejala.
Komentar
Posting Komentar